Penantian suci sang Bidadari
"Ran" kata sahabatku
"What?" Jawabku singkat jelas dan padat
"Gue pingin tau diskotik nih ikut yuk ntar malem bareng Justin" katanya sembari merajuk menunjukan wajah memelas handalannya
"What?! lu gila? ogah gue ketempat gituan pusing pala gue kalau denger musik keras keras. Lagian lu ngapain sih pingin nyobain begituan? lu gak usah macem macem deh!" bentakku keras padanya
"Napa sih lu?! gak usah bentak gue bisa kan?! lu tau gue gak suka dibentak kan?! Selow aja sih, gw kan Ngajak lu baik-baik! Gue benci lu Ran!" kata Stef pergi berlari meninggalkanku.
Well kenalin namaku Rani Ambrawan. Aku bisa dibilang cukup populer dikalangan teman-temanku. Sekarang aku sudah kuliah di universitas paling elit sejakarta. Umurku 20 tahun. Aku berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Orang tuaku sudah lama bercerai dan sekarang aku tinggal dengan ibuku. Beliau slalu pulang malam dengan bau alkohol yang menyengat panca indra orang yang menciumnya termasuk aku anak kandungnya sendiri
Mengapa ini harus terjadi denganku?
Apa aku telah membuat kesalahan yang besar dimasa lalu sehingga sekarang hidupku seperti ini?
Apa aku tak berhak bahagia meski sebentar saja? aku hanya ingin keluargaku utuh kembali. apa permintaanku salah? apa permintaanku terlalu besar untuk dikabulkan?
Aku ingin mempunyai pendamping hidup dan bahagia dengan keluargaku sendiri.
Tapi aku tau semua permintaanku hanya akan terkabul didalam mimpi, mimpi yang paling indah jika mimpi itu menjadi nyata.
Aku ingin mempunyai pendamping hidup dan bahagia dengan keluargaku sendiri.
Tapi aku tau semua permintaanku hanya akan terkabul didalam mimpi, mimpi yang paling indah jika mimpi itu menjadi nyata.
Aku hanya bisa melihat sahabatku berlari menjauh dari hadapanku. Miris rasanya mengetahui sahabat yang slalu ada untuk ku mengucapkan kata benci. aku merasa kehilangan yang amat sangat setelah ia beranjak pergi.
Dia Stefany Erlan sahabatku. ah! sepertinya ia sudah tak menganggapku sahabatnya lagi ,mulai detik dimana ia mengucapkan kata benci padaku.
Entah mengapa demi seorang lelaki ia menjadi seperti ini. Apa ia tidak takut dihianati oleh para kaum adam yang kebanyakan hanya seekor buaya lepas kandang?
Aku hanya takut Stefanny akan menyesal dengan apa yang akan dilakukannya.
Entah mengapa demi seorang lelaki ia menjadi seperti ini. Apa ia tidak takut dihianati oleh para kaum adam yang kebanyakan hanya seekor buaya lepas kandang?
Aku hanya takut Stefanny akan menyesal dengan apa yang akan dilakukannya.
Aku menghembuskan nafas kasar. Entah mengapa aku merasa tidak mood untuk memasuki kelasku sekarang. Dengan langkah gontai aku berjalan menyusuri lorong kampusku.
Apa kata kata ku tadi sekasar itu ? sampai sampai Stefanny begitu marah denganku? Aku hanya tidak ingin sahabatku berbuat tak benar. Bagaimana sahabatku yang polos itu bisa terkena pergaulan bebas? apa Stefanny terbujuk ajakan pacarnya itu?
Bruk!
"Auch" suara pelan nan halus keluar dari mulutku. Naasnya nasib pantatku yang mencium lantai akibat menabrak orang dihadapanku.
"Eh, jalan liat liat dong!" kata suara berat nan ketus terdengar dipanca indraku.
"Umm.. Im sorry serr..." kataku sembari bangkit berdiri. Aku menundukan kepalaku. Jujur saja aku takut memandang org asing yang kutabrak ini karena aku asik dengan pikiranku sendiri.
"Tatap aku!" bentak laki laki dihadapanku
Dengan pelan dan rasa ragu yang mendalam aku memandangnya
Deg!
Dia.... Kenapa dia disini? Aku memandang horor dirinya.
"Hi sweety gak perlu kaget ngeliat gue kayak gitu kali! Lu kira gw setan?" Dengusnya
Aku masih terdiam, tak tau apa yang harus kukatakan. entah mengapa lidahku terasa kelu tak mampu mengucapkan satu katapun saat berhadapan dengannya. Dilain sisi aku ingin sekali mencaci makinya, membentaknya, dan mengusirnya dari hadapanku sekarang. Tetapi sayang, pikiran dan anggota tubuhku tidak berpikiran sama dan alhasil aku hanya berdiri mematung, menatapnya dengan pandangan tak suka.
"Btw, apa lu gak ngeliat kemeja gue basah gini gara gara lu?" katanya lagi.
Apa dia bener bener gak ngerti? aku sama sekali tidak ingin bertemu dengannya lagi. Aku tak peduli dengan kemejanya yang basah karna perbuatanku. Aku tak ingin peduli dengannya. Aku tak ingin ia berada dikehidupanku lagi. Aku tak ingin menjadi salah satu mainannya lagi.
Apa yang sebenarnya dia mau dariku? apa tujuannya sampai datang ke kampusku?
Pikiranku berkecamuk. Terus menerus bertanya seolah pertanyaan yang berada dikepalaku tak akan habis saat aku bertemu dengan buaya lepas kandang ini.
"Woi,Bengong mulu, pokoknya elu harus ganti rugi" katanya lagi sembari menggenggam tanganku.
Secara refleks aku menghentakan tanganku yang mengakibatkan tanganku terlepas dari genggamannya.
Wajahnya yang tampan memamerkan senyuman tipisnya yang mampu membuat para kaum hawa berlutut terkecuali aku tentunya. Well mungkin dulu aku akan bertekuk lutut padanya tetapi aku tak akan mengulangi kebodohanku kembali dan maaf maaf saja senyuman itu tak akan membuatku luluh lagi. tidak akan.
"Oh, lu berani nolak gue?" katanya santai. Tetapi dapat kulihat tatapan matanya yang hitam legam membuat lawan bicaranya merasa terimidasi, menatapku dengan tajam menandakan ia tidak menerima tolakan manapun.
" Gak usah pura pura bego deh! Lu tau apa jawaban gue dan gw rasa gue gak perlu beri tau lu lagi!" Kataku ketus
Brandon Boy Permana seorang lelaki yang pernah mengisi hari - hariku, membuatku mengerti apa arti indahnya cinta dan memberiku pelajaran apa artinya patah hati. Aku menangis tanpa henti saat aku memergokinya sedang berciuman dengan wanita lain selain aku. apa salah jika aku marah?
Apa salah aku membencinya dengan segenap jiwa dan ragaku? Apa salah aku ingin menghapus namanya dari hidupku?
Jujur , berusaha move on darinya tidaklah mudah tetapi apa yang ia lakukan? ia datang kembali saat aku sudah mulai membangun dinding kokoh dari bayang bayang masa laluku dan sekarang dinding itu hancur lebur saat ia datang menampakan wajahnya dihadapanku.
Sungguh rasanya saat ini aku hanya ingin menangis, menangis dengan sekencang kencangnya agar beban yang slama ini yang kutanggung berkurang walaupun hanya sedikit saja.
Aku hanya memerlukan tumpuan untuk tempatku bersandar, mengucapkan keluh kesahku yang jujur saja tidak kuasa kutanggung sendiri.
Dapat kulihat rahang Boy mengeras menandakan ia tengah menahan emosinya.
Sempat terbelit rasa takut yang luar biasa saat aku melihat Boy yang tengah menahan amarah, tetapi aku sudah bertekat, aku tak akan terlihat lemah dihadapannya.
"Well lu tau gue gak suka penolakan sweety" seringainya licik.
Ia mencengkram tanganku dengan keras, aku hanya bisa meringis menahan sakit yang ia akibatkan ditanganku. Boy menarikku menuju arah mobilnya dan mendorongku pelan agar masuk kedalam mobil lamborgininya yang menurutku sangat keren dengan warna yang elegan dan terlihat sangat mahal.
Sungguh rasanya saat ini aku hanya ingin menangis, menangis dengan sekencang kencangnya agar beban yang slama ini yang kutanggung berkurang walaupun hanya sedikit saja.
Aku hanya memerlukan tumpuan untuk tempatku bersandar, mengucapkan keluh kesahku yang jujur saja tidak kuasa kutanggung sendiri.
Dapat kulihat rahang Boy mengeras menandakan ia tengah menahan emosinya.
Sempat terbelit rasa takut yang luar biasa saat aku melihat Boy yang tengah menahan amarah, tetapi aku sudah bertekat, aku tak akan terlihat lemah dihadapannya.
"Well lu tau gue gak suka penolakan sweety" seringainya licik.
Ia mencengkram tanganku dengan keras, aku hanya bisa meringis menahan sakit yang ia akibatkan ditanganku. Boy menarikku menuju arah mobilnya dan mendorongku pelan agar masuk kedalam mobil lamborgininya yang menurutku sangat keren dengan warna yang elegan dan terlihat sangat mahal.
"Kita mau kemana?" tanyaku tanpa basa basi
"Well you know where we go" katanya singkat.
Seketika tubuhku menegang dibuatnya. Apa aku akan dibawanya ke Apertemen mewahnya? Tapi apa yang akan aku lakukan disana?
Apa ia akan melakukan hal yang sama seperti beberapa tahun yang lalu?
Kapan aku dapat menemukan cinta sejatiku?
Kapan aku menemukan sosok laki-laki yang mampu mengayomiku dan aku dapat terbebas dari pria sialan ini.
"Napa tubuh lu tegang gitu?" Tanyanya tanpa dosa
Apa dia tidak punya perasaan? bagaimanapun seorang gadis sepertiku tentu takut pergi dengan pria yang terkenal dengan tabiat buruk sepertinya. Tentu saja aku takut jika dia berbuat macam-macam padaku.
"Woi diem aja" kata Boy memecahkan lamunanku
"Gue rasa gue gak perlu jawab pertanyaan lu! yang gue perlu tau sekarang kita mau kemana!" kataku sedikit berteriak. Walaupun sudah berteriak padanya perasaanku tetap was was mengetahui ia menyeringai licik padaku. Ups apa aku melakukan hal yang salah? kurasa tidak. Apa meneriaki orang yang kita benci itu salah?
"Yah gue rasa gue gak perlu jawab pertanyaan lu juga" katanya tenang
Damn! berani sekali ia memakai kaliamatku! Sungguh pria yang sedang menyetir disebelahku hanya bisa membuat orang darah tinggi. Menyebalkan!.
Aku hanya membuang muka kearah kaca mobil sembari menikmati jalanan yang kami lewati. Well aku akui pemandangan jalan jakarta tidak ada bagus bagusnya hanya macet macet dan macet yang menghiasi jalanan yang kulewati tetapi, ini masih jauh lebih baik dari pada aku terus memandang wajah Boy yang menyebalkan.
'Kling'
Ringtone telepon genggamku berbunyi menandakan massage line masuk. Dengan buru buru aku membaca pesan itu
Raka
* Lagi pada dimana?
Vera
* Makan mie ayam pak tompel nape?
Bima
* Lagi suntuk gue
Ternyata Line grub yang super duper berisik dengan temen temen dekatku yang hebohnya minta ampun. Dengan semangat aku membalas pesan mereka
Me
* Ea Bima galau
Bima
* Jir sahabat galau malah di Ea Eain aje lu Ran
Raka
* Bima kan rajanya galau. Napa lu bim? ditolak lagi ma gebetan lu?
Vera
* Sampe ada yang mau sama mahluk gk jelas kayak Bima sih berarti tuh cewek dah edan
Bima
* Ia Rak gue ditolak lagi huhuhu kapan gue lepas status jomblo gue ya? #nangis bombai
* Enak aja lu Ra! emang gue mahluk apa? luar angkasa? gue manusia woi masih spesies ma lu
Me
* Udah udah masih mending lu Bim. Nah gue hari ini ketiban sial banget
Raka
* Napa lu ran?
Bima
* Napa honeys?
Vera
* Napa lu ran? lu gpp kan? apa perlu gw jemput lu?
Aku hanya bisa meringis kecil seberapa perhatian sahabat sahabtku ini uh makin cintah deh sama mereka.#Alay
Me
* Gak usah pake honey napa bim gue jijik pake banget
* Well lu pada masih inget sama mantan gue yang playboynya kebangetan itu?
* Dia dateng dikehidupan gue lagi!
* Entah gue gak tau tujuannya apa yang pasti gue lg dlm keadaan danger!
* Ra lu gk bkl bisa nemuin gw dikampus soalnya gue dah dibawa playboy nih satu
* Sekarang aja dia lagi lirik lirik kearah gue gak jelas banget kan. Bete banget gue
* Apalagi gue sekarang semobil sama dia dan gak tau mau dibawa kemana
* Some one help me please! :'(
Vera
* What siplayboy cap kapak balik lagi?
* Lu jangan lemah didepan dia Ran, dan inget gue gak mau kejadian dulu keulang lagi
Mereka memang mengetahui apa yang sempat terjadi dulu saat ia membuangku seperti sampah yang tak berguna. Bahkan dulu aku sempat berpikiran bodoh untuk membumi hanguskan diriku sendiri. Jika aku mengingatnya kembali sungguh aku benar benar merasa konyol atas jalan pikirku dahulu untung saja ada Vera yang membatalkan rencanaku dengan cara sedikit kasar.
Bima
* Si brengsek dateng lagi?
* Awas aja dia macem macem sama lu. Kalau sampe ia gue hajar tuh orang
Raka
* Maybe dia dah suka ma lu kali dan berniat balikan
Me
* Gk mungkin amit amit gue
Yah sahabatku yang bernama Bima memang paling sensitife dan over protektif pada kami sahabat sahabatnya. Apalagi kalau ia mengetahui sahabatnya itu dilukai secuil aja hem! jangan harap ia pulang dengan wajah yang berantakan.
"Ehem" suara dehaman dari arah sampingku
Ah! aku sampai lupa dengan mahluk astral disebelahku ini. Yah jangan salahkan aku juga jika melupakan kehadirannya.
Aku memandang sekitar. Ternyata mobil ini sudah berhenti di sebuah apertemen. Satu kata yang mendekripsikan apertemen ini. Mahal!
Yah aku tidak terkejut mengapa ia bisa menyewa ruangan diapertemen ini karna ia memang kaya bahkan lebih kaya dari perusahaan yang dijalankan ibuku.
"Turun!" perintahnya dengan ketus
Aku langsung saja turun tanpa mengucapkan satu katapun padanya
Ia berjalan mendahuluiku, aku hanya bisa melihat ia yang berjalan kedepan menuju kepintu apertementnya. Hatiku berdebat apa aku harus mengikutinya atau lari dari sini? Dan keputusanku aku akan lari dari playboy ini.
" Apa yang kau tunggu? dan jangan mencoba kabur dariku atau kau akan mendapat hukuman atas apa yang kau perbuat" katanya tanpa menoleh sedikitpun
Jleg!
Damn! apa dia itu seorang cenayang? sampai sampai ia tau kalau aku ingin pergi. Duh hukuman apa lagi nih orang. Bodo ah kabur kabur aja.
Aku membalikan badan dan hendak berlari dan usahaku berhasil. Boy menjerit jeritkan namaku tetapi aku sama sekali tak menghiraukannya. Aku terus berlari dan berlari hingga....
Buk!
Aku merasa diriku melayang, pandanganku kabur dan kepalaku terakhir terasa berat.
Yang kulihat hanyalah Darah yang berceceran disekitarku dan semuanya terasa gelap.
Apa ini rasanya akan mati?
Apa ini rasanya diatas awang?
Apa benar aku tak berhak hidup bahagia?
Apa aku tak bisa menantikan seorang pangeran yang akan mencintaiku dengan tulus?
apa hidupku akan berakhir disini?
____________________________________________
Eng ing eng hahaha gimana hayo kelanjutannya?
Pikir sendiri ya ini cerpen >_< sebenernya sih ini buat #eventgalaupenantiansucisangbidadari
XOXO