Jumat, 21 Maret 2014

Bintangku meredup (capt 1)

Pagi yang cerah disebuah desa didaerah Yogyakarta,terlihat anak laki laki dan perempuan sedang bermain petak umpet. 

Anak-anak itu bernama Bintang dan Bulan.
Anak anak yang berumur 7 tahun yang senang sekali bermain dikebun teh milik kakek mereka.

Mereka adalah sahabat, rumah merekapun sangat dekat, hanya dibatasi oleh tanaman tanaman hias saja.

"Bintang ambilin aku buah  itu dong" pinta Bulan dengan manja 

"Malas ah..."  jawab Bintang malas malasan 

"Ayolah kamu kan jago lempar ketapel, ambilin ya?..." rengek Bulan 

" Ia-ia aku ambilin deh buat kamu " kata Bintang mengalah.

Bintang memang tidak bisa menang melawan rengekan Bulan, karena sahabatnya ini sangat keras kepala. 

Bulan adalah anak tunggal, rambut dia selalu diikat dua dan berponi rata, dan muka dia sangat imut serta menggemaskan. 

Sedangkan Bintang anak bungsu, ia memiliki kakak yang bernama Surya.
Umur Surya dan Bintang tidak beda jauh, hanya terpaut 1 tahun saja .

Bintang selalu berpotongan rapi, membawa ketapel yang dikalungkan ke lehernya dan ia tentu saja lebih dewasa dibandingkan Bulan.

"Makasih Bintang kamu baik banget deh" kata Bulan manja 

"Ia sama-sama yuk pulang sudah sore" kata Bintang mengingatkan.

"Ia, Bulan sayang Bintang" kata Bulan sambil memeluk Bintang dengan erat 

"Ia Bintang juga sayang sama Bulan" kata Bintang sepenuh hati

"Bintang jangan ninggalin Bulan ya ?" Kata Bulan sungguh sungguh 

"Kalaupun aku pergi kamu bisa inget aku melalui Bintang dilangit" kata Bintang sambil menunjuk langit 

"Tapi itu kan bukan kamu bintang" jawab Bulan 

"Walaupun itu bukan aku kan namaku sama kayak bintang dilangit" kata Bintang melucu 

"Ia juga ya" kata Bulan sambil tersenyum 

Merekapun pulang kerumah masing masing 
Dengan senyum menghiasi bibir mungil mereka.

Keesokan harinya Bintang datang pagi pagi kerumah Bulan. Ada sesuatu hal yang  dia harus sampaikan secepat mungkin.

*tok tok tok 
Pintu rumah Bulanpun diketuk.
Munculah seorang lelaki paruh baya yang bernama kakek will.

"Eh...nak Bintang, nyari Bulan ya?" Kata kakek Will

"Ia kek.Bulan mana kek?" Kata Bintang 

"Bulan masih tidur tuh, mau bangunin?" Kata kakek Will menawarkan

"Emang boleh kek?" Tanya Bintang 

"Boleh" Kata kakek Will 

"Makasih kek" kata Bintang yang bergegas menuju kekamar Bulan.

Seperti kebanyakan kamar perempuan, kamar bulan didominasi nuansa pink, kuning. 

Banyak hiasan bergambar bintang dan bulan, benda langit yang selalu bersama dan muncul bersamaan.

"Bulan bangun buruan" kata Bintang membangunkan Bulan yang masih tertidur lelap

"Emm...napa?" Kata Bulan sedikit sadar 

"Buruan bangun aku mau pindah mendadak nih, tiba tiba papaku diberi kerja ke singapura" kata Bintang cepat

"Singapura dimana?" Tanya Bulan yang mendadak duduk dan merasa tidak mengantuk lagi.

"Pokoknya tempatnya jauhhhh banget dari sini" kata Bintang menjelaskan.

"Yah jadi nanti aku gak bisa liat Bintang lagi dong? Gak bisa main-main sama Bintang lagi dong?" Kata Bulan sambil menangis.

"Udah dong jangan nangis, nanti kalau sudah besar aku bakal nyariin kamu deh." 
Kata Bintang menenangkan Bulan agar  tidak menangis lagi.

"Janji?" Kata Bulan memastikan.

"Janji" Jawab Bintang yakin.

Mereka mengaitkan kedua jari kelingking  mereka dan berjanji akan bertemu saat sudah dewasa.

"Bintang ayo kita berangkat" kata Mama Bintang yang datang kekamar Bulan. "Bulan   Om, Tante, dan Bintang mau pergi ke singapura. Bulan jangan nakal ya, jangan cengeng lagi" lanjut Mama Bintang.

"Tante, jangan lupa pulang kesini ya" kata Bulan sedih.

"Ia" jawab Mama Bintang.

"Bulan, ini buat kamu. Inget aku ya kata Bintang tersenyum.

Sebuah ketapel yang sering digunakan Bintang sekarang ada digenggaman tangan kecil Bulan.

"Makasih Bintang. Oh iya ini buat kamu" 
Kata Bulan yang memberikan boneka Bulan yang bertuliskan *Bulan & Bintang".

"Makasih Bulan aku berangkat dulu ya" pamit Bintang.

"Dada" kata Bulan 

Setelah kepergian Bintang dari rumahnya, Bulanpun menangis dalam diam.

~ 9 tahun kemudian ~

* pak guru...pak guru aku murid yang nakal...


   Jam bekerpun berbunyi dengan kencangnya, tetapi yang empunya tidak merasa terganggu sama sekali.

" Bulan bangun! Ini MOS loh, kalau telat nanti kita bakal dihukum"  kata seorang Gadis didepan pintu kamarnya.

Sekarang Bulan tinggal di Jakarta.
Orang tuanya masih diYogyakarta. 
Bulan menge-kost dijakarta, dan kebetulan yang menempati kamar kanan dan kamar sebelah kiri Bulan akan masuk ke SMA yang sama.

 "ia ia" jawab bulan dari dalam ruangannya.

Tak lama kemudian Bulan keluar dari ruangannya.

"Maaf menunggu lama?" Tanya bulan pada gadis didepannya.

Gadis itu bernama Mutiara Permata.
Ia teman pertama Bulan ditempat kost ini.

"Ya udah gak papa, kita panggil Surya aja dulu" kata Mutiara.

"Ia" jawab Bulan.

Merekapun lekas menuju kamar Surya yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri Karena kamar Surya ada disebelah kanan kamar Bulan.

"Surya... Surya berangkat sekolah hari ini MOS" teriak Mutiara.

"Ia-ia sabar" kata Surya dari dalam kamar sambil berteriak.

Tak lama kemudia Surya keluar dari kamarnya.

"Hem... masih ngantuk tau. Yuk berangkat" 
Kata Surya.

"Surya, lu mau diketawain satu sekolahan ya?" Kata Mutiara menahan tawa.

"Ya enggak lah" jawab Surya sebal.

"Kalau gitu kenapa lu keluar celananya bukan celana sekolah" kata Mutiara sambil tertawa.

"Ha?!" Kata Surya.

Suryapun memandang kearah celananya, dan ternyata benar dia hanya memakai boxer saja.

"Shit" kata Surya kesal. Iapun kembali kekamarnya.

Bulan dan Mutiara hanya bisa tertawa melihat teman laki-laki mereka itu. Muka tampan? Oke, pintar? Oke. Tapi masalah celana? Ancur minah hahahaha #alai mode on.

Tak lama kemudian Suryapun keluar dengan memakai baju seragam yang seharusnya. Mutiara dan Bulan terus tertawa mengingat kejadian tadi.

"Ngapain kalian ketawa mulu?!" Kata Surya kesal

"Abis lucu hahaha" kata Bulan sambil tertawa.

"Ia ia gue setuju sama lu Bulan. Muka sih oke tapi kalau cewek lain yang ngeliat lu pasti illfeel duluan hahaha" kata Mutiara mengejek 

"Sialan lu ra" kata Surya sebal.

Memang Surya mempunyai fans dimana-mana. Mau orang gak kenal kek, mau anak sekolah kek. Tapi teman-temannya tak heran lagi karena alasan utama Surya mempunyai fans dimana-mana karena wajah Surya yang tampan dan berbadan tegap.

Mereka menuju angkutan umum. Yah namanya anak kost mau tidak mau jika kemana mana harus menggunakan angkutan umum jika kemana mana. 

Sesampainya di angkutan umum

"Dek nama kamu siapa?" kata ibu ibu yang berbicara pada Surya.

"Eh...eh nama saya Surya bu" Kata Surya sopan.

"Oh ganteng  banget sih kamu" kata Ibu ibu itu dengan genit sambil mencubit pipi Surya.

Surya yang diperlakukan begitu hanya bisa pasrah saja dan memaksakan mulutnya untuk tersenyum. Ia yakin senyumannya kali ini jelek banget.

Bulan dan Mutiara hanya bisa tersenyum seyum menahan tawa.
Tapi percuma saja tawa merekapun akhirnya meledak juga.

Ibu ibu yang mencubit pipi Surya tadi merasa tidak suka dengan sikap kedua gadis SMA itu. 

"Heh, tau gak ini lagi diangkutan umum? suara tertawa kalian tu sangat nyaring" Kata ibu ibu itu. 

Mutiara yang memang berani menghadapi siapapun itu tidak peduli dengan perkataan ibu ibu itu. 

"ibu tuh yang bikin kami ketawa. Cubit pipi siSurya segala hahaha" kata Mutiara sambil tertawa.

Surya memandang Mutiara dan Bintang sebal. Bisa bisa-bisanya mereka tertawa saat sahabatnya sendiri diperlakukan seperti anak kecil oleh ibu-ibu yang sama sekali tak dikenalnya.

Bulan yang menyadari tatapan kesal Surya langsung menyenggol lengan Mutiara.

"Mutiara udah tu Surya marah" kata Bulan.

Mutiarapun melihat kearah Surya. Yah benar saja wajah Surya berubah seketika menjadi merah padam. 

"Hehehe peace Surya" kata Mutiara.

Merekapun sudah sampai ditempat tujuan. Sekolah SMA Perdana berdiri megah didepan setiap murid baru. 

Dengan perasaan senang ketiga remaja itu melangkah maju memasuki sekolah mereka. 





















Sabtu, 15 Maret 2014

Indigo chapt 3

"So pasti" kata Alexander yang berdiri dan ingin menuju roh anak perempuan itu.

Alexanderpun bangkit berdiri dan mulai melangkah, namun roh perempuan itu menjerit dengannya.

"Stop! mau apa kamu?!" kata roh anak itu.

Alexander hanya diam saja dan terus melaju kearah roh anak itu.
Anak perempuan itupun panik dan melemparkan segala benda didekatnya, Alexander terus menghindar dari terjangan roh gadis gila itu.

Setelah sampai didepan gadis itu Alexander berlutut

"Nama lu siapa?" tanya Alexander halus.

Roh gadis itupun kontan kaget dengan perilaku Alexander yang begitu baik padanya.

"Na...nama g...gue Melody" jawab Melody tergagap.

"Hem...nama yang bagus sama seperti orangnya cakep" kata Alexander memuji.

Melody merasa tersanjung akan perkataan Alexander yang begitu tulus tanpa paksaan sama sekali, iapun tersenyum senang.

"Tapi sayang 1 hal yang kurang" lanjut Alexander.

"Apa itu?" tanya Melody penasaran akan kekurangannya.

"em... tapi  lu gak boleh marah" kata Alexander.

"iya gue gak bakal marah" kata Melody.

" lu tuh gak bisa maafin orang" kata Elizabeth yang tiba tiba menyambar pembicaraan Melody dan Alexander.

Melodypun terkejut atas perkataan Elizabeth. Yah memang benar ia tidak mudah memaafkan orang yang menyakitinya apalagi sampai membunuhnya didalam gudang ini, tapi untuk memaafkan orang-orang yang kejam itu sangatlah tidak mudah.

Melody hanya terdiam merenungi perkataan Elizabeth.

"Siapapun lu, gue mohon jangan bikin sekolah gempar" kata Vivian memohon.

"Ia kasian anak anak disini jadi takut ke gudang" kata Grace menambahkan.

Melody yang mendengarkan permohonan Grace dan Vivianpun mulai merasa bersalah.

"Elizabeth dia ngomong apa? Tanya Vivian.

"Oh gini aja deh mana kuping lu sama Grace" pinta Elizabeth.

Elizabethpun meletakan tangan disalah satu kuping mereka.  Seketika itu juga bada Grace dan Vivian tersentak.

"Nah sekarang kalian sudah bisa dengar" kata Elizabeth.

"Tapi...untuk memaafkan mereka yang membunuhku tidaklah mudah..." kata Melody menangis sambil mengamuk.

Mendadak keluar angin yang cukup besar. Alexanderpun tersungkur dipojok dinding dan mulutnya mengeluarkan darah segar, Vivian dan Grace terpental kearah kursi kursi yang ditumpuk rapi. Hanya Elizabeth saja yang tidak terpental.

"Sudah cukup!" triakan Elizabeth menggema didalam gudang itu.

"Tidak ini belum cukup!" Kata Melody sambil melempar bangku siswa kearah Elizabeth.

Saat bangku itu hampir mengenai wajah Elizabeth, Elizabeth mengancungkan tangannya, dan seketika itu bangku itu berhenti dan melayang.

"Ka...kamu siapa?" kata Melody gugup.

"Bukan urusan lu" kata Elizabeth.

Vivian dan grace yang melihat kejadian itupun sangat terkejut, adakah manusia memiliki kekuatan seperti itu? tanya mereka dalam hati.

Seketika itu pula muncul sepasang sayap putih berukuran kecil dibelakang punggung Elizabeth.


Alexanderpun bangkit berdiri dan menghampiri
Elizabeth dan ikut bergabung dengannya.

Sekarang Alexander dan Elizabeth memiliki sayap putih berukuran kecil dipunggung mereka, dan itu sangat mengejutkan Vivian dan Grace.

"Ka...kalian malaikat?" tanya Vivian tergagap.

Elizabeth menoleh sambil tersenyum
"Bukan kami bukan malaikat kami hanya setengah manusia dan setengah malaikat" kata Elizabeth menjelaskan singkat padat.

"Mau apa kalian? mau memasukanku keneraka?!" triak Melody menjadi jadi.

"Tidak kami tidak akan memasukan kamu ke dalam neraka apabila kamu mau memaafkan mereka. Kamu mau?" Kata Alexander.

"Apakah bisa?" Tanya Melody

"Tentu saja bisa asal ada kemauan aja" kata Elizabeth meyakinkan Melody.

"Oke aku akan memaafkan mereka" kata Melody.

"Pilihan yang sangat bagus melody " kata Alexander.

"Sekarang tenanglah kamu disurga sana" kata Elizabeth.

"Trimakasih untuk kalian semua" kata Melody sambil tersenyum.

Seketika itu muncullah cahaya yang sangat terang, dan badan Melody sedikit demi sedikit menghilang ditelan cahaya itu dan mendadak gudang itu menjadi gelap seketika.

Elizabeth dan Alexander sudah kembali normal seperti anak anak manusia pada umumnya.

"Tadi itu bukan khayalan kan?" tanya Vivian.

"Bukan" kata Elizabeth tenang. "Kalian harus bersumpah demi sungai styx tidak akan membocorkan rahasia kami" lanjut Elizabeth

"Ya kami bersumpah demi sungai Styx" kata Grace semangat.

"Ya gue juga bersumpah demi sungai Styx gak akan bocorin rahasia lu berdua" kata Vivian santai.

Merekapun keluar dari gudang itu dengan paras muka yang bahagia.

Mulai sekarang digudang bukan tempat angker lagi pikir mereka semua.

Dari atas Melody tersenyum bahagia melihat mereka berempat.

"Trimakasih kalian sudah mengajariku arti memaafkan" kata Melody tulus.

~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~
The End

Petualangan Alexander, Elizabeth, Vivian, dan Grace masih akan berlanjut. Tunggu petualangan selanjutnya >_< .






Senin, 10 Maret 2014

Indigo chapter 2

Akirnya merekapun masuk kedalam gudang yang dimaksud, dan tiba-tiba...

*BRUK...

Sebuah bangku bekas yang terletak disamping pintupun jatuh hampir mengenai Vivian yang melangkah dahulu sebelum teman-temannya.

"Weh...hampir aja gue ketimpuk kursi" celetuk Vivian.

Elizabeth menghampiri tempat jatuhnya bangku itu dan memeriksa mengapa bangku itu jatuh.

" Eh ni bangku tadi ada diatas itu kan?" tanya Elizabeth sambil menunjuk bagian atas tumpukan bangku yang disusun dengan rapi dan tak mungkin jatuh begitu saja.

"Iya,tadi gue sempet liat tu bangku diatas sono" kata Vivian membenarkan perkataan Elizabeth."Dan BTW lu tau dari mana kalau tuh bangku ada diatas sono? kan pertama kali yang masuk diruangan ini gue" sambung Vivian sambil menanyai Elizabeth dengan penasaran.

"em...em..." jawab Elizabeth tergagap sekaligus bingung.

Bagaimana bisa ia membongkar kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia biasa dengan mudah? adanya ia malah akan dijauhi oleh semua orang lagi. 

Sebenarnya kemampuan dia tidak hanya bisa melihat hantu saja. Kemampuannya juga dapat melihat benda yang ia pegang, membaca pikiran orang lain, dan memerintah manusia maupun hantu. 

Kemampuan itu disebut charmspeak.
Kalian tentu tau dewi aphordite kan? Bagi yang tidak tau Dewi Aphirdite adalah dewi cinta dan kecantikan. Ia dewi tercantik disuatu tempat bernama erebos.

Dewi Aphordite memiliki kemampuan charmspeak. Dan seperti kalian duga Elizabeth adalah putri dewi Venus atau yang kalian kenal dengan Aphordite.

"Napa lu gak jawab?" Tanya Vivian

"Em...gu...gue bukan anak biasa kayak lu, jangan musuhin gue ya?" Jawab Elizabeth tergagap dan takut takut.

"Bukan anak biasa maksutlu?" Tanya Vivian.

"Yah gue bisa liat hantu dll gitu, dan kemampuan khusus lainnya" jawab Elizabeth menerangkan secara singkat dan jelas.

"Oh...apa disini ada setan?" Tanya Vivian nengecilkan suaranya.

"Kemungkinan yang jatuhin tadi roh, bukan jatuh sendiri" jawab Elizabeth.

"Yah gue setuju banget" kata seseorang yang bersuara tenor dari belakang.

Ternyata Alexander yang berdiri dibelakang yang disusul oleh Grace.

"Jadi lu punya kemampuan khusus ya?" Tanya Grace.

"Yah begitulah, Alexander juga Kata Elizabeth.

"Wah kalau gini kita bisa cepet nemuin inti masalahnya" kata Vivian antusias."kalau begitu kalian berdua yang masuk duluan" lanjut Vivian sambil menunjuk Alexander dan Elizabeth.

"Iya deh" kata Alexander

Elizabeth sebenarnya ketakutan juga, karena yang akan mereka hadapi kemungkinan roh yang akan mengancam nyawa mereka.

Alexander menyadari bahwa Elizabeth ketakutan. Dan ia juga mengetaui bahwa yang mereka hadapi sangat berbahaya.

Dengan sedikit ragu Alexander memegang tangan Elizabeth.

Elizabeth sangat kaget dengan perilaku sahabatnya itu, tapi toh dia tidak peduli karena Elizabeth memang menyukai Alexander.

Sambil bergandengan tangan Alexander dan Elizabeth melangkah maju lebih jauh lagi. Walau keaadaan sangat gelap Elizabeth dan Alexander dapat melihat dengan sangat jelas.

"Alexander..." kata Elizabeth menunjuk sesuatu dihadapannya.

"Ada apa?" Tanya Alexander, dan kemudianpun ia melihat apa yang ditunjuk Elizabeth.

Seorang siswi yang duduk dibangku dengan mata sedih dan sembap, dan sepertinya ia seumuran dengan mereka.

Alexander dan Elizabeth mendadak berhenti,dan otomatis belakang mereka ikut berhenti. 

Vivian yang menyadari hal itu langsung berbisik kepada Alexander dan Elizabeth "kenapa kalaian berhenti?" Tanya Vivian

"Matikan senter kalian dan berdiri dibelakang Alexander" perintah Elizabeth.

Vivian dan Grace yang masih bingung menurut saja pada perkataan Elizabeth.

"Alexander gue akan coba ngomong sama dia" kata Elizabeth tegas.

"Ya, hati hati ya" kata Alexander.

Vivian dan Grace masih saja kebingungan dengan apa yang dibicarakan Elizabeth dan Alexander.

Elizabeth melangkah maju kedepan, dan kelihatannya gadis itu menyadari kehadirannya.

"Siapa lu?" Tanya roh gadis itu.

Suara roh itu hanya dapat didengar oleh Alexander dan Elizabeth saja.
Sedangkan manusia biasa seperti Vivian dan Grace tak dapat mendengarnya.

"Hai,gue Elizabeth" kata Elizabeth memperkenalkan diri pada roh itu.

"Lu,lu bisa denger suara gue?" Tanya gadis itu.

"Yah begitulah" jawab Elizabeth singkat.

Grace yang penasaranpun akhirnya unjuk suara " Eliz ngapain lu ngomong sendiri?" Kata Grace penasaran.

"Kurangajar" kata gadis itu,"rasakan ini" lanjut gadis itu dan sebuah angin hampir menerpa Grace, untung saja Elizabeth menahan serangan itu dengan tubuhnya sendiri. Akibatnya ia terpental dan mengeluarkan sedikit darah dari dalam mulutnya.

Alexander, Vivian dan Gracepun panik dan menghampiri Elizabeth yang tersungkur.

"Kan sudah gue bilang hati hati" kata Alexander sebal.

"Gue cuman mau nolongin Grace supaya gak kayak gue gini. Lu liat kan yang tadi dia mau lakuin" kata Elizabeth panjang lebar.

"Yah gue liat" kata Alexander singkat tapi sangat jelas.

Vivian dan Grace yang sebal tidak mengetahui apa apapun menanyakan apa yang ingin mereka ketaui.

"Emang tadi kenapa kita disuruh berhenti mendadak?" Tanya Vivian

"Kenapa Elizabeth kepental gitu aja?" Kata Grace menyelidiki.

Alexander menjelaskan dengan sabar, singkat, jelas, dan padat.
Grace yang mendengar itupun meminta maaf pada Elizabeth.

"Elizabeth, sorry ya?" Kata Grace tulus.

"Its oke kok. Gue cuman gak mau orang yang gak tau apa apa terluka" kata Elizabeth tulus.

"Hahaha andai gue seperti kalian" kata roh gadis itu sambil tertawa mengejek."Tapi sayang itu gak akan pernah terjadi" lanjut roh itu sambil berwajah murung.

Elizabeth yang mendengar perkataan roh itupun langsung berdiri ingin menghampiri roh itu, tetapi ada yang menahan tangannya dan ternyata itu Alexander.

"Udah biar gue aja yang nangani ini" kata Alexander.

"Tap-" kata Elizabeth yang terputus oleh perkataan Vivian dan Grace.

"Udah lah serahin aja sama Alexander Liz" kata Vivian menenangkan.

"Iye iye betul tuh. Lagian kan lu dah luka luka tuh" kata Grace sambil menunjuk bekas luka yang ada dilengan Elizabeth.

"Ya udah hati hati tu setan bener bener sialan" kata Elizabeth pada Alexander.

"So pasti" kata Alexander yang berdiri dan ingin menuju roh anak perempuan itu.

Alexanderpun bangkit berdiri dan...

BERSAMBUNG...
Kritik dan saran coment aja 










Minggu, 02 Maret 2014

Cintaku Haya Untuk Dia Seorang

Tanggal 2 desember 2013 dijakarta yang sedang terik-teriknya dua sepasang remaja saling berhadapan disebuah taman.

"Ngel Lu mau gak jadi pacar gue gek?" kata seorang pria yang sedang gelisah.

Laki-laki itu bernama Evendy. pria yang tinggi, berwajah imut, dan terkenal pintar disekolahnya. Ini pertama kalinya Evendy menyatakan cinta pada seseorang. Ia seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Kalian percaya akan jatuh cinta pada pandangan pertama?  mungkin sebagian orang tak percaya tapi itulah yang terjadi pada Evendy saat melihat Anggelita memasuki sekolahnya.

Angelita hanya diam saja tak menjawab pertanyaan Evendy. Jujur saja ia sangat terkejut saat Evendy laki-laki yang selama ini dia pikirkan menyatakan cintanya padanya? apa benar yang didengarnya? pikiran Anggelita terus mengganggunya.

"Ngel jawab" kata Evendy tak sabar.

"Ia, Gue mau jadi pacar lu" kata Angelita malu malu.

"Trimakasih ya sayang, jujur ini pertama kalinya aku ngungkapin cinta" kata Evendy.

" Apa? gak percaya ah" kata Angelita tak percaya.

"Habis kan kamu ganteng pasti banyak yang suka" kata Angelita.

"Emang mukaku ganteng ya? jadi kamu beranggapan aku ganteng ya?" kata Evendy menggoda Angelita.

"Apaan sih, kamu yuh jelek. Jelek banget" Kata Anggelita malu sambil meninggalkan Evendy.

"kok ditinggal sih?" triak Evendy ke Angelit?

"Bodo" kata Angelita mengejek .

Angelita dan Evendy sekarang SMP 1 semester 2.
Setelah sekian lamanya mereka berpacaran akhirnya...
Pada tanggal 10 februari 4 hari sebelum valentine.

"Dy, Kita putus." Kata Angelita.

"Tapi kenapa? aku buat salah apa?" Kata Evendy bingung.

"Kamu gak pernah peka sama perasaanku, kamu sering gak jujur sama aku. Aku capek Dy kalau kayak gini mulu. Aku punya perasaan juga." kata Angelita memberitau kesalahan Evendy.

"Oke,kalau itu maumu." kata Evendy.

Semenjak hari itu Angelita dan Evendy sempat tidak berbicara sama sekali, dan berita putusnya Evendy dengan Angelita dimanfaatkan oleh seseorang yang sudah menyukai Angelita semenjak dia bertemu Angelita.

14 november hari valentine, seperti biasa karena Angelita adalah anak yang cantik ia mendapatkan banyak coklat. Coklat yang ia terima paling besar adalah pemberian dari David. Seorang laki-laki yang terkenal playboy dikalangan para perempuan yang pernah menjadi pacarnya.

"Ini buat lu" kata David memberikan sekantong pkastik yang cukup besar. "bukanya nanti dirumah aja ya" lanjut David.

"Ia makasih" Kata Angelita yang tak tau apa apa.

Sebenarnya didalam bungkusan coklat itu ada secarik kertas yang bisa dibilang sebagai surat cinta.
Angelitapun penasaran mengapa dia harus membukanya dirumah? diam diam tanpa sepengetahuan David dia membuka coklat yang cukup besar itu. Ia membuka bersama salah satu sahabatnya yang bernama Elsa.

Ia dan Elsa menemukan secarik kertas terselip diantara coklat coklat itu. Kemudian Angelitapun membuka dan membaca isinya

*can you be my girlfriend?.

isi surat itu mengejutkan kedua wanita yang membacanya.

"Cie lu ditembak tuh" kata Elsa mengejek. "Baru putus 4 hari udah ada yang nembak" lanjut Elsa.

"Gue gak mau pacaran dulu sa. Baru juga gue putus 4 hari masa udah mau pacaran lagi, nanti gue diejek macem macem lagi." kata Angelita

"Ia juga sih, itu kan terserah lu" kata Elsa.

Merekapun akhirnya dijemput oleh orang tua masing masing.
Setelah Angelita sampau dirumah...

*kring...
Suara BB Angelita berbunyi yang menandakan ada yang mengirimkan pesan melalui BBM. Iapun membaca dan ternyata dari David.

            David

~    Hai, sudah buka coklatnya?

Pesan yang singkat memang tapi itu mengejutkan Angelita. Iapun membalas


         David

~    Hai, sudah buka coklatnya?
D/  Sudah


       David

~   Hai, sudah buka coklatnya?
R/ Sudah
~   Jadi lu mau jadi pacar gue?

Angelita yang membaca itu langsung tersentak kaget, iapun lekas lekas menjawab tanpa bermaksud melukai perasaan David

        David

~   Hai sudah buka coklatnya?
R/  Sudah
~   Jadi lu mau jadi pacar gue?
D/ Sorry gue masih belum bisa, gue baru putus dari Evendy baru 4 hari.

     David

 ~   Hai sudah buka coklatnya?
R/  Sudah
~   Jadi lu mau jadi pacar gue?
D/ Sorry gue masih belum bisa, gue baru putus 
     4 hari.

Detak jantung Angelita berdetak kencang, dia takut menyinggung perasaan David.

   David

~   Hai, sudah buka coklatnya?
R/ Sudah
~  Jadi lu mau jadi pacar gue?
R/ Sorry gue masih belum bisa, gue baru putus
     4.
~  Gpp nanti juga bakal lupa.
R/ Sorry gue gak bisa.

Angelitapun membalas langsung dan berakirlah percakapan mereka sampai disitu.

Sebenarnya dalam lupuk hati Angelita paling terdalam, ia masih sangat mencintai Evendy mantannya itu. Ia sudah melakukan segala cara untuk melupakan Evendy tetapi, apa daya semakin dia melupakannya, iapun semakin lama semakin sayang.

Sebagai gantinya Angelita berkomunikasi dengan mantan pacarnya dahulu Evendy. Angelita selalu mencari cari alasan agar dapat berbicara dengan mantan pacarnya itu.

Yah apa daya cinta tidak bisa dipaksakan.
Semakin memaksakan melupakannya semakin tidak hilang rasa itu. Ikuti saja perasaanmu seperti sungai yang mengalir, maka akan memperoleh hasil yang lebih indah.



Kritik dan saran silahkan coment