Anak-anak itu bernama Bintang dan Bulan.
Anak anak yang berumur 7 tahun yang senang sekali bermain dikebun teh milik kakek mereka.
Mereka adalah sahabat, rumah merekapun sangat dekat, hanya dibatasi oleh tanaman tanaman hias saja.
"Bintang ambilin aku buah itu dong" pinta Bulan dengan manja
"Malas ah..." jawab Bintang malas malasan
"Ayolah kamu kan jago lempar ketapel, ambilin ya?..." rengek Bulan
" Ia-ia aku ambilin deh buat kamu " kata Bintang mengalah.
Bintang memang tidak bisa menang melawan rengekan Bulan, karena sahabatnya ini sangat keras kepala.
Bulan adalah anak tunggal, rambut dia selalu diikat dua dan berponi rata, dan muka dia sangat imut serta menggemaskan.
Sedangkan Bintang anak bungsu, ia memiliki kakak yang bernama Surya.
Umur Surya dan Bintang tidak beda jauh, hanya terpaut 1 tahun saja .
Bintang selalu berpotongan rapi, membawa ketapel yang dikalungkan ke lehernya dan ia tentu saja lebih dewasa dibandingkan Bulan.
"Makasih Bintang kamu baik banget deh" kata Bulan manja
"Ia sama-sama yuk pulang sudah sore" kata Bintang mengingatkan.
"Ia, Bulan sayang Bintang" kata Bulan sambil memeluk Bintang dengan erat
"Ia Bintang juga sayang sama Bulan" kata Bintang sepenuh hati
"Bintang jangan ninggalin Bulan ya ?" Kata Bulan sungguh sungguh
"Kalaupun aku pergi kamu bisa inget aku melalui Bintang dilangit" kata Bintang sambil menunjuk langit
"Tapi itu kan bukan kamu bintang" jawab Bulan
"Walaupun itu bukan aku kan namaku sama kayak bintang dilangit" kata Bintang melucu
"Ia juga ya" kata Bulan sambil tersenyum
Merekapun pulang kerumah masing masing
Dengan senyum menghiasi bibir mungil mereka.
Keesokan harinya Bintang datang pagi pagi kerumah Bulan. Ada sesuatu hal yang dia harus sampaikan secepat mungkin.
*tok tok tok
Pintu rumah Bulanpun diketuk.
Munculah seorang lelaki paruh baya yang bernama kakek will.
"Eh...nak Bintang, nyari Bulan ya?" Kata kakek Will
"Ia kek.Bulan mana kek?" Kata Bintang
"Bulan masih tidur tuh, mau bangunin?" Kata kakek Will menawarkan
"Emang boleh kek?" Tanya Bintang
"Boleh" Kata kakek Will
"Makasih kek" kata Bintang yang bergegas menuju kekamar Bulan.
Seperti kebanyakan kamar perempuan, kamar bulan didominasi nuansa pink, kuning.
Banyak hiasan bergambar bintang dan bulan, benda langit yang selalu bersama dan muncul bersamaan.
"Bulan bangun buruan" kata Bintang membangunkan Bulan yang masih tertidur lelap
"Emm...napa?" Kata Bulan sedikit sadar
"Buruan bangun aku mau pindah mendadak nih, tiba tiba papaku diberi kerja ke singapura" kata Bintang cepat
"Singapura dimana?" Tanya Bulan yang mendadak duduk dan merasa tidak mengantuk lagi.
"Pokoknya tempatnya jauhhhh banget dari sini" kata Bintang menjelaskan.
"Yah jadi nanti aku gak bisa liat Bintang lagi dong? Gak bisa main-main sama Bintang lagi dong?" Kata Bulan sambil menangis.
"Udah dong jangan nangis, nanti kalau sudah besar aku bakal nyariin kamu deh."
Kata Bintang menenangkan Bulan agar tidak menangis lagi.
"Janji?" Kata Bulan memastikan.
"Janji" Jawab Bintang yakin.
Mereka mengaitkan kedua jari kelingking mereka dan berjanji akan bertemu saat sudah dewasa.
"Bintang ayo kita berangkat" kata Mama Bintang yang datang kekamar Bulan. "Bulan Om, Tante, dan Bintang mau pergi ke singapura. Bulan jangan nakal ya, jangan cengeng lagi" lanjut Mama Bintang.
"Tante, jangan lupa pulang kesini ya" kata Bulan sedih.
"Ia" jawab Mama Bintang.
"Bulan, ini buat kamu. Inget aku ya kata Bintang tersenyum.
Sebuah ketapel yang sering digunakan Bintang sekarang ada digenggaman tangan kecil Bulan.
"Makasih Bintang. Oh iya ini buat kamu"
Kata Bulan yang memberikan boneka Bulan yang bertuliskan *Bulan & Bintang".
"Makasih Bulan aku berangkat dulu ya" pamit Bintang.
"Dada" kata Bulan
Setelah kepergian Bintang dari rumahnya, Bulanpun menangis dalam diam.
~ 9 tahun kemudian ~
* pak guru...pak guru aku murid yang nakal...
Jam bekerpun berbunyi dengan kencangnya, tetapi yang empunya tidak merasa terganggu sama sekali.
" Bulan bangun! Ini MOS loh, kalau telat nanti kita bakal dihukum" kata seorang Gadis didepan pintu kamarnya.
Sekarang Bulan tinggal di Jakarta.
Orang tuanya masih diYogyakarta.
Bulan menge-kost dijakarta, dan kebetulan yang menempati kamar kanan dan kamar sebelah kiri Bulan akan masuk ke SMA yang sama.
"ia ia" jawab bulan dari dalam ruangannya.
Tak lama kemudian Bulan keluar dari ruangannya.
"Maaf menunggu lama?" Tanya bulan pada gadis didepannya.
Gadis itu bernama Mutiara Permata.
Ia teman pertama Bulan ditempat kost ini.
"Ya udah gak papa, kita panggil Surya aja dulu" kata Mutiara.
"Ia" jawab Bulan.
Merekapun lekas menuju kamar Surya yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri Karena kamar Surya ada disebelah kanan kamar Bulan.
"Surya... Surya berangkat sekolah hari ini MOS" teriak Mutiara.
"Ia-ia sabar" kata Surya dari dalam kamar sambil berteriak.
Tak lama kemudia Surya keluar dari kamarnya.
"Hem... masih ngantuk tau. Yuk berangkat"
Kata Surya.
"Surya, lu mau diketawain satu sekolahan ya?" Kata Mutiara menahan tawa.
"Ya enggak lah" jawab Surya sebal.
"Kalau gitu kenapa lu keluar celananya bukan celana sekolah" kata Mutiara sambil tertawa.
"Ha?!" Kata Surya.
Suryapun memandang kearah celananya, dan ternyata benar dia hanya memakai boxer saja.
"Shit" kata Surya kesal. Iapun kembali kekamarnya.
Bulan dan Mutiara hanya bisa tertawa melihat teman laki-laki mereka itu. Muka tampan? Oke, pintar? Oke. Tapi masalah celana? Ancur minah hahahaha #alai mode on.
Tak lama kemudian Suryapun keluar dengan memakai baju seragam yang seharusnya. Mutiara dan Bulan terus tertawa mengingat kejadian tadi.
"Ngapain kalian ketawa mulu?!" Kata Surya kesal
"Abis lucu hahaha" kata Bulan sambil tertawa.
"Ia ia gue setuju sama lu Bulan. Muka sih oke tapi kalau cewek lain yang ngeliat lu pasti illfeel duluan hahaha" kata Mutiara mengejek
"Sialan lu ra" kata Surya sebal.
Memang Surya mempunyai fans dimana-mana. Mau orang gak kenal kek, mau anak sekolah kek. Tapi teman-temannya tak heran lagi karena alasan utama Surya mempunyai fans dimana-mana karena wajah Surya yang tampan dan berbadan tegap.
Mereka menuju angkutan umum. Yah namanya anak kost mau tidak mau jika kemana mana harus menggunakan angkutan umum jika kemana mana.
Sesampainya di angkutan umum
"Dek nama kamu siapa?" kata ibu ibu yang berbicara pada Surya.
"Eh...eh nama saya Surya bu" Kata Surya sopan.
"Oh ganteng banget sih kamu" kata Ibu ibu itu dengan genit sambil mencubit pipi Surya.
Surya yang diperlakukan begitu hanya bisa pasrah saja dan memaksakan mulutnya untuk tersenyum. Ia yakin senyumannya kali ini jelek banget.
Bulan dan Mutiara hanya bisa tersenyum seyum menahan tawa.
Tapi percuma saja tawa merekapun akhirnya meledak juga.
Ibu ibu yang mencubit pipi Surya tadi merasa tidak suka dengan sikap kedua gadis SMA itu.
"Heh, tau gak ini lagi diangkutan umum? suara tertawa kalian tu sangat nyaring" Kata ibu ibu itu.
Mutiara yang memang berani menghadapi siapapun itu tidak peduli dengan perkataan ibu ibu itu.
"ibu tuh yang bikin kami ketawa. Cubit pipi siSurya segala hahaha" kata Mutiara sambil tertawa.
Surya memandang Mutiara dan Bintang sebal. Bisa bisa-bisanya mereka tertawa saat sahabatnya sendiri diperlakukan seperti anak kecil oleh ibu-ibu yang sama sekali tak dikenalnya.
Bulan yang menyadari tatapan kesal Surya langsung menyenggol lengan Mutiara.
"Mutiara udah tu Surya marah" kata Bulan.
Mutiarapun melihat kearah Surya. Yah benar saja wajah Surya berubah seketika menjadi merah padam.
"Hehehe peace Surya" kata Mutiara.
Merekapun sudah sampai ditempat tujuan. Sekolah SMA Perdana berdiri megah didepan setiap murid baru.
Dengan perasaan senang ketiga remaja itu melangkah maju memasuki sekolah mereka.